Blue Fire Pointer
It is a thousand times better to have common sense without education than to have education without common sense !!!

Rabu, 27 Mei 2015

ALAT UKUR OTOMOTIF


LAPORAN
PRAKTIK MOTOR BAKAR
( IDENTIFIKASI ALAT UKUR OTOMOTIF )

Disusun guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah Praktik Motor Bakar
Dosen pembimbing : Dr. Eng. Nugroho Agung P, M.Eng.

 

Disusun oleh :
STEPHANUS FAJAR PAMUNGKAS
K2513063



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK MESIN
JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK DAN KEJURUAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2015





A.  Judul Praktikum
     Identifikasi Alat Ukur Otomotif
B.  Tujuan Praktikum
Tujuan dilakukannya identifikasi alat ukur otomotif pada praktik motor bakar adalah
1.    Mahasiswa mampu mengetahui bentuk serta bagian-bagian dari alat-alat ukur yang digunakan saat praktik.
2.    Mahasiswa mampu mengetahui cara kerja dan fungsi dari alat ukur otomotif.
3.    Mahasiswa mampu mengetahui cara mengkalibrasi dan cara pembacaan setiap alat ukur yang digunakan.
4.    Mahasiswa mampu menggunakan alat ukur sesuai fumgsinya.
C.  Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang diperlukan saat praktik antara lain:
1.    Jangka sorong (kaliper)
2.    Mikrometer sekrup
3.    Dial indicator
4.    Cylinder bore gauge
5.    Feeler gauge
6.    Multimeter (multitester/avometer)
7.    Hidrometer
8.    Mistar
9.    Kompresi tester
D.  Keselamatan Kerja
 Keselamatan kerja yang digunakan saat praktik antara lain:
 1.    Pakaian kerja (wearpack)
 2.    Safety shoes (sepatu keamanan)
 E.  Landasan Teori
Mengukur adalah membandingkan suatu besaran yang akan diukur dengan suatu besaran pembanding sebagai standar yang telah tertera. Ada beberapa macam alat ukur yang digunakan saat praktik motor bakar, yakni:
1.    Alat Ukur Langsung
yaitu mengukur suatu benda yang langsung dapat mengetahui harganya secara nyata (langsung terbaca).
a.    Jangka sorong (kaliper)
Suatu alat ukur panjang yang berfungsi untuk mengukur panjang, lebar, tebal, diameter luar, diameter dalam, ukuran celah, dan kedalaman suatu poros (benda) dengan ketelitian 0.02 mm atau 0.05 mm.
Gambar 1.1 Jangka Sorong
Keterangan gambar:
Tebal benda A = Lebar lubang benda B = Kedalaman lubang C
1.      Rahang atas melekat pada batang mistar
2.      Rahang atas melekat pada peluncur
3.      Baut pengunci peluncur
4.      Peluncur
5.      Tusuk melekat pada peluncur
6.      Skala utama
7.      Batang mistar
8.      Pegas pendorong peluncur
9.      Skala nonius
10.  Rahang bawah melekat pada peluncur
11.  Rahang bawah melekat pada batang mistar

Sebelum alat ukur jangka sorong digunakan sebaiknya dikalibrasi terlebih dahulu supaya mendapatkan hasil pengukuran yang akurat. Secara sederhana, cara mengkalibrasinya adalah sebagai berikut:
1.    Posisikan garis batas ukur segaris lurus (berhimpit) dengan garis nol pada skala utama.
2.    Apabila tidak segaris atau tidak berimpit, taruhlah kertas tipis pada rahang jangka sorong, geser rahang hingga menjepit kertas, kemudan tarik kertas secara perlahan hingga terlepas. Hal ini dapat berfungsi untuk membersihkan rahang jangka sorong.
3.    Posisikan kembali garis batas berhmpit dengan garis nol skala utama.

Cara pembacaan hasil ukuran yang ditunjukkan oleh jangka sorong dengan ketelitian 0.02 mm adalah
1.    Kalibrasi jangka sorong, pastikan skala menunjukkan angka nol.
2.    Bersihkan permukaan benda kerja yang akan diukur.
3.    Usahakan posisi pengukuran yang tepat agar hasil pengukuran akurat.
4.    Baca ukuran yang ditunjukkan pada skala utama (misal 60 mm).
5.  Lihat skala nonius, temukan strip skala nonius yang berhimpit dengan strip pada skala  utama.
6.  Lihat strip yang berhimpit tersebut menunjukkan angka berapa pada skala nonius, misal berhimpit pada strip/garis ke 10.
7.   Kalikan 10 pada skla nonius tersebut dengan tingkat ketelitian alat ukur 0.02 mm, maka 0.02 x 10 = 0.2 mm.
8.    Maka diperoleh hasil pengukuran 60 + 0.2 = 60.2 mm.

b.   Mistar
Mistar atau mistar baja adalah alat ukur yang mempunyai ukuran panjang 30 cm atau 50 cm. Pada alat ukur panjang ini terdapat dua macam skala, biasanya yaitu skala sentimeter dan skala inchi. Untuk skala sentimeter mempunyai derajat ketelitian (skala paling kecil satu milimeter atau sebagian dibuat dengan ketelitian sampai setengah milimeter). Sedangkan pada skala inchi, derajat ketelitiannya sampai 1/16” (inchi).
Mistar disini sebenarnya digunakan untuk mengukur panjang suatu benda, namun dalam praktik bisa juga digunakan untuk mengukur/mengetahui kerataan permukaan suatu benda (permukaan blok silinder).
Gambar 1.2 Mistar Baja
Cara penggunaan mistar baja yaitu letakkan mistar pada benda yang akan diukur, lihat ukuran yang ditunjukkan pada mistar. Untuk penggunaan mistar sebagai alat pengukur kerataan permukaan adalah letakkan mistar baja diatas benda kerja, geser mistar untuk mengetahui kerataan dengan melihat celah secara langsung (visual) dengan bantuan feeler gauge.

c.    Mikrometer Sekrup
Mikrometer sekrup adalah alat ukur presisi yang dapat digunakan untuk mengukur benda kerja pada jarak ukur tertentu yakni 0-25 mm, 25-50 mm, 50-75 mm dengan tingkat ketelitian 0.01 mm. Adapun konstruksi mikrometer luar yaitu:
   Gambar 1.3 Mikrometer sekrup (Outside Mikro)
Keterangan gambar:
1.    Frame (rangka)
2.    Landasan ukur (anvil)
3.    Batang ukur (spindle)
4.    Pengunci (lock clamp)
5.    Lubang kunci penyetel kalibrasi
6.    Silinder skala (outer sleeve)
7.    Roda gigi gelincir (ratchet)
8.    Silinder putar (thimble)
9.    Mur spindle (inner sleeve/spindle screw nut)

Cara kerja mikrometer:
Pada sengkang dipasang landasan ukur tetap. Selubung mantel (thimble) bila diputar tabung ulirnya akan menggerakkan batang ukur untuk menuju atau untuk meninggalkan landasan ukur (putaran kanan batang ukur meninggalkan dan putaran kiri batang ukur akan menuju landasan ukur). Gerakan maju/mundur batang ukur setiap satu putaran thimble tergantung dari panjang kisar ulir pada batang ukur (sisi dalam) dan selubung mantelnya (thimble).
Adapun cara mengkalibrasi mikrometer:
1.    Bersihkan permukaan benda kerja yang akan diukur dan juga permukaan dari landasan ukur (anvil) maupun batang ukur (spindle).
2.    Pastikan posisi nol dari skala utama berhimpit dengan angka nol pada skala nonius (posisi nol skala melingkar pada ujung selubung mantel, pada saat pembacaan nol spindle melekat pada anvil). Bila posisi nol tidak benar lakukan penyetelan dengan menggunakan kunci penyetel.
3.    Membaca Hasil Pengukuran
Sebelum membaca hasil pengukuran, lebih dahulu kita pahami skala pada mikrometer. Pada derajat ketelitian 0.01 mm skala mendatar pada silinder paling kecil berharga 0.5 mm sedang skala melingkar tanpa satuan (hanya disebut bagian skala) jumlahnya 50 bagian skala. Untuk satu kali putaran thimble maka batang ukur akan bergerak sejauh 0.5 mm. Jadi bila membaca harga pengukuran genap dalam mm dan membaca harga tengahan mm maka skala nol dari selubung mantel mesti tepat pada garis referensi. Misalkan :

Gambar 1.4 Contoh pembacaan ukuran
Hasil pengukuran:
-  Skala utama = 4 mm
-  Skala nonius = ( 0.5 x 23/50) = 0.23 mm,
Maka, 4 + 0.23 = 4.23 mm
d.   Multimeter (avometer/multitester)
Avometer adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengukur tegangan listrik (voltase) baik arus AC maupun DC, mengukur arus listrik (ampere), dan hambatan listrik (ohm) dalam satu unit.

Gambar 1.5 Multimeter (Avometer)
Adapun bagian-bagian dari avometer :
1.    Scale (skala)
2.    Mirror (cermin)
3.    Pointer (jarum meter)
4.    Zero correction (pengenolan jarum), untuk mengenolkan jarum pada posisi kiri dalam mengukur arus dan   tegangan.
5.    Ohm adjust, untuk mengenolkan jarum saat melakukan pengukuran hambatan.
6.    Range selector, untuk memilih range/batasan arus, tegangan, maupun hambatan yang diukur.
7.    Measuring terminal (kutub +)
8.    Measuring terminal (kutub -)

Sebelum menggunakan multimeter, harus dikalibrasi terlebih dahulu dengan cara :
1.    Atur selector ke range hambatan (ohm)
2.    Sentuhkan kedua terminal (+) dan negatif (-) maka jarum akan bergerak dari kiri ke kanan.
3.    Atur jarum ke posisi nol (kanan) dengan mengatur ohm adjust sampai ke posisi nol.
4.    Lepaskan kedua kabel terminal, maka jarum akan kembali ke kiri.
5.    Pastikan bahwa jarum menunjukkan angka nol, jika belum nol maka atur zero correction (pengenolan jarum).
6.    Akhirnya avometer sudah terkalibrasi.

Cara pembacaan ukuran pada multimeter juga berbeda-beda, untuk hambatan yakni
(skala tertunjuk) x (angka yang tertunjuk pada selector).
Untuk voltase dan arus listrik, yakni

e.    Hidrometer
  
Gambar 1.6 Hidrometer

Alat yang digunakan untuk mengukur berat jenis (atau kepadatan relatif) dari cairan yaitu rasio kepadatan cairan dengan densitas air. Pada prinsipnya pengoperasian hidrometer didasarkan pada prinsip Archimedes bahwa tersuspensi pada fluida akan didukung oleh kekuatan sama dengan berat fluida yang dipndahkan, maka semakin rendah kerapatan zat tersebut, lebih jauh hidrometer akan tenggelam.
1.    Warna hijau   Ã  kondisi air elektrolit sangat baik (1275-1300 m3/kg)
2.    Warna putih   Ã  kondisi air aki baik (1225-1250 m3/kg)
3.    Warna merah à kondisi air aki perlu pengisian (1100-1200 m3/kg)
f.     Kompresi tester
Alat yang digunakan untuk mengetahui besar tekanan kompresi yang terjadi dalam engine setiap silinder. Satuan pada alat ini adalah bar. Pada motor bakar bensin berkisar 9-11 bar, sedangkan pada motor diesel berkisar >12 bar.
Gambar 1.7 Kompresi tester
Keterangan gambar:
1.    Jarum penunjuk
2.    Penunjuk angka
3.    Saluran masuk (sok drat luar, disambungkan dengan busi)
4.    Selang
5.    Katup pembuka

2.    Alat Ukur Tidak Langsung
Adalah alat ukur benda yang belum dapat secara langsung mengetahui harganya, untuk dapat mengetahui harganya masih harus melakukan tindakan selanjutnya sampa mengetahui harga pengukurannya.
a.    Feeler gauge
     Feeler gauge berfungsi untuk mengukur celah diantara dua bagian. Feeler gauge atau thickness gauge karena memang bentuknya seperti bilah tipis dalam ukuran yang bermacam-macam, mulai dari 0.05 sampai 1 mm.
Feeler gauge digunakan untuk mengukur celah yang sulit dijangkau oleh alat ukur lainnya, misal celah katup, celah bantalan, celah samping ring piston.
Gambar 1.8 Feeler Gauge
Cara kerjanya adalah pengukuran dilakukan dengan memasukkan salah satu kaliper yang sesuai dengan celah yang diukur. Jangan coba memaksakan kaliper yang tidak sesuai/terlalu sesak karena bisa menyebabkan kaliper bengkok. Ketelitian pengukuran dapat diperoleh dengan menggabungkan beberapa kaliper, sehingga ukuran celah adalah jumlah dari ukuran kaliper yang dapat masuk dengan pas.
Apabila sudah didapatkan ukuran yang pas lihat ukuran yang tertera pada feeler tersebut.

b.    Dial indicator
Merupakan alat ukur pembanding yang digunakan untuk mengontrol benda kerja pada saat melaksanakan pengukuran tidak langsung atau digunakan untuk memeriksa penyimpangan yang sangat kecil dari permukaan bidang datar, permukaan bidang silinder, bulat serta untuk mengukur kesejajaran benda kerja.
Proses kerja alat ini adalah secara mekanis dengan perantara roda gigi dan batang ukur (spindle). Batang ukur (spindle) dapat bergerak naik/turun didalam batang bus (stem) bila ujungnya menumbuk permukaan benda kerja. Naik turunnya batang ukur dapat menyebabkan jarum penunjuk berputar. Banyak putaran jarum penunjuk akan dicatat oleh jarum kecil yang biasa disebut penghitung putaran. Untuk tingkat ketelitian dial indicator adalah 0.01 mm. Satu putaran penuh jarum jam penunjuknya, batang ukur akan bergerak sejauh 1 mm.
Gambar 1.9 Dial Indicator
Keterangan gambar:
1.    Dasar magnet
2.    Tuas penyetel (bezel)
3.    Batang penyangga
4.    Skala
5.    Stem
6.    Spindle
7.    Jarum penunjuk
8.    Body
9.    Outer ring
10.    Penghitung putaran
11.    Range pengukur

Sebelum menggunakan perlu memeriksa kedudukan jarum penunjuknya. Pada saat pembacaan nol (batang ukur belum terangkat) jarum penunjuk harus pada skala nol, bila tidak dapat diatur dengan cara mengendurkan baut pengunci pada tepi luar jam lalu diputar permukaan jamnya hingga jarum tepat pada skala nol kemudian kencangkan kembali baut penguncinya.
c.    Cylinder Bore Gauge
Adalah alat ukur yang dilengkapi dengan dial gauge dan digunakan untuk mengukur diameter silinder dan komponen lain secara teliti. Ketelitiannya mencapai 0.01 mm. Alat ini menggunakan jam ukur untuk mengetahui harga penyimpangan dari ukuran dalam suatu silinder.
Daerah pengukurannya antara ujung replacement rod (batang penahan yang dapat diganti) sampai ujung measuring point (ujung pengukur). Ujung pengukur dapat bergerak keluar masuk sewaktu digunakan. Gerakan ujung pengukur dapat menggerakkan jarum penunjuk pada jam ukurnya. Daerah ukur dari alat ini dapat diubah untuk disesuaikan dengan diameter silinder yang diukur dengan cara mengganti replacement rod dan replacement washer.
Gambar 1.10 Cylinder Bore Gauge
Keterangan gambar:
1.    Dial gauge : mengetahui hasil ukuran.
2.    Dial gauge securing position : mengatur posisi dial gauge.
3.    Grip : memegang dan mengangkat dial.
4.    Replacement washer : menambah kepanjangan rod.
5.    Replacement rod : menambah panjang bidang sentuh silinder.
6.    Replacement rod securing thread
7.    Measuring point : titik point pengukuran.
Petunjuk dalam penggunaan cylinder gauge:
1.    Dial harus dipasang pada tangkai pemegangnya tegak lurus dengan ujung pengukurnya.
2.    Periksa jarum penujuk pada dial dapat bergerak bebas saat measuring point ditekan.
3.    Pilih replacement rod dan replacement washer yang ukurannya sesuai dengan diameter benda yang akan diukur.

Cara memilih replacement rod dan replacement washer:
1.    Ukurlah diameter silinder dengan jangka sorong.
2.    Amatilah hasil pengukuran, angkanya dibelakang koma apakah lebih besar atau lebih kecil dari 0.5 mm. Misalkan hasil pengukuran jangka sorong = 52.30 mm, maka replacement rod = 50 mm dan replacement washernya = 2 mm.

Metode pengukurannya:
1.    Setel mikrometer pada daerah ukur (jarak landasan dan batang ukur) misalkan 53 mm. Tempatkan daerah ukur cylinder gauge (ujung replacement rod sampai ujung measuring point) pada mikrometer tadi dengan hati-hati agar daerah ukurnya cylinder gauge tepat 53 mm, kemudian jarum jam disetel menunjuk skala nol.
2.    Masukkan cylinder gauge untuk mengukur, ke dalam silinder pada posisi diagonal, gerakkan sampai memperoleh hasil pembacaan yang terkecil. Misalnya hasil pembacaan adalah 0.04 mm, maka diameter silinder 53 – 0.04 = 52.96 mm.






HASIL PENGUKURAN

A.  Pengukuran Kerataan Permukaan Silinder
Alat yang digunakan untuk pengukuran kerataan ini adalah mistar baja dan feeler gauge. Adapun caranya :
1.    Letakkan blok silinder (yang akan diukur) ditempat yang rata.
2.    Letakkan mistar baja di permukaan benda secara diagonal 1, diagonal 2, horizontal atas dan bawah.
3.    Masukkan feeler yang pas (sesuai) dengan celah antara permukaan blok silinder dengan mistar baja.
Hasil pengukuran:
Mistar
Letak
Lebar celah
A
Horizontal atas
0.1 mm
B
Horizontal Bawah
0.1 mm
C
Diagonal 1
0.05 mm
D
Diagonal 2
0 mm



B.  Pengukuran Kesejajaran Diameter Chamshaft
Pengukuran diameter dan kesejajaran menggunakan alat ukur mikrometer dan dial indicator. Pengukuran dilakukan pada 6 diameter chamshaft.
Langkah pengukuran :
1.    Letakkan chamshaft pada stand (V-block).
2.    Ukur masing-masing diameter chamshaft dengan mikrometer (6 diameter).
3.    Setelah hasil pengukuran diperoleh, Letakkan dial gauge pada meja rata untuk dikunci (hidupkan magnet).
4.    Letakkan ujung dial pada diameter yang akan diukur.
5.    Atur dan kencangkan tuas sehingga dial indicator dapat digunakan.
6.    Atur posisi nol pada jarum dial indicator.
7.    Putar chamshaft secara perlahan dan lihat hasil nilainya dengan melihat simpangan yang terjadi.
8.    Lakukan hal yang sama untuk 6 diameter lainnya.
Hasil pengukuran diameter poros:
Poros Chamshaft
Diameter (Ø)
Poros 1
45 mm
Poros 2
44.7 mm
Poros 3
44.5 mm
Poros 4
44.3 mm
Poros 5
44.1 mm
Poros 6
44.1 mm
Hasil pengukuran kesejajaran diameter:
Poros Chamshaft
Tonjolan (+)
Lengkungan (-)
Poros Ø 1
0.03 mm
0.01 mm
Poros Ø 2
0.01 mm
0.05 mm
Poros Ø 3
0.16 mm
0.02 mm
Poros Ø 4
0.3 mm
0.01 mm
Poros Ø 5
0.46 mm
0 mm
Poros Ø 6
0.54 mm
0.02 mm

C.  Mengukur Berat Jenis Air Aki
Alat yang digunakan adalah hidrometer, cara pengukurannya adalah :
1.    Buka tutup sel pada aki, kemudian masukkan saluran masuk air aki (selang) kedalam lubang sel aki.
2.    Tekan pipet agar air aki naik dan masuk ke dalam hidrometer hingga penuh.
3.    Amati angka berat jenis yang ditunjukkan pada alat ukur disetiap ssel.

Hasil pengukuran berat jenis:

No.
Sel
Warna
Keterangan
1.
Sel 1 = 1280 /kg
Hijau
Baik
2.
Sel 2 = 1285 /kg
Hijau
Baik
3.
Sel 3 = 1280 /kg
Hijau
Baik
4.
Sel 4 = 1300 /kg
Hijau
Baik
5
Sel 5 = 1300 /kg
Hijau
Baik
6.
Sel 6 = 1295 /kg
Hijau
Baik

D.  Pengukuran Voltase Baterai
Langka kerja :
1.    Kalibrasi/setting jarum avometer pada posisi nol.
2.    Ubah selector ke nilai DC 25 Volt.
3.    Letakkan probe kutub positif ke kutub positif baterai dan letakkan probe kutub negatif multimeter ke kutub negatif baterai.
4.    Amati arah pergerakan jarum.
5.    Catat dan tulis hasil pengukuran.

Hasil pengukuran:
Batterai (aki) = 13 Volt, berarti bahwa baterai masih dalam keadaan baik.

E.  Pengukuran Diameter Dalam Silinder
Pada pengukuran ini digunakan alat ukur jangka sorong, mikrometer sekrup dan cylinder bore gauge.
Cara pengukuran :
1.    Ukur diameter dalam silinder dengan menggunakan jangka sorong dan diperoleh nilai/angka 74,70 mm.
2.    Tetapkan nilai bore gauge dibulatkan menjadi 75mm.
3.    Ukur dial bore gauge dengan mikrometer sebesar 75 mm.
4.    Posisikan nol pada cylinder bore gauge (jarum penunjuk).
5.    Masukkan cylinder bore gauge ke dalam silinder untuk mengukur besar diameter dengan cara menggerakkan cylinder bore gauge kekanan dan kekiri. Apabila jarum bergerak kekanan maka hasil pengukurannya adalah nilai patokan + nilai dial, sedangkan apabila jarum bergerak kekiri maka hasilnya nilai patokan dikurangi nilai dial.


Hasil pengukuran (dengan nilai patokan awal = 75mm) :
Letak/silinder
Silinder 1
Silinder 2
Silinder 3
Silinder 4
Atas
-0.03
-0.03
-0.04
-0.03
Tengah
-0.04
-0.03
-0.04
-0.05
Bawah
-0.05
-0.03
-0.04
-0.04
*Satuan dalam mm.

F.   Pengukuran Hambatan Kabel Busi
Pengukuran hambatan pada kabel tegangan tinggi (kabel busi) menggunakan multimeter/avometer. Cara melakukan pengukuran adalah dengan mengatur selector multimeter ke bagian hambatan (ohm) dan hubungkan kabel terminal positif (+) dan negatif (-) pada kedua ujung kabel busi. Namun pada saat praktik dilakukan, mungkin terjadi kesalahan/kerusakan pada multimeter atau kabel businya sehingga jarum tidak dapat menunjuk angka yang tertera pada skala, karena jarum menunjukkan/berhenti lebih dari angka maksimal skala. Maka kami tidak dapat mendapatkan hasil pengukuran hambatan kabel  busi.
G. Pengukuran Tekanan Kompresi
Pengukuran tekanan kompresi menggunakan alat ukur yang bernama kompresi tester, dibantu dengan engine stand. Cara melakukan pengukuran tekanan kompresi adalah sebagai berikut:
1.    Siapkan engine stand dan kompresi tester.
2.    Lepas busi dengan menggunakan kunci busi.
3.    Pasang kompresi tester pada lubang tempat busi terpasang tadi.
4.    Hidupkan mesin (engine) hingga jarum penunjuk kompresi tester menunjukkan angka paling besar.
5.    Catat hasil pengukuran, kemudian lepas kompresi tester dan nol kan kembali skalanya.
6.    Ukur dengan cara yang sama untuk setiap lubang busi.
7.    Catat hasil pengukuran tekanan kompresi.

Hasil pengukuran:
Silinder
Tekanan kompresi
Silinder 1
11 bar
Silinder 2
10 bar
Silinder 3
9.5 bar
Silinder 4
9 bar



KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum identifikasi alat ukur otomotif dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1.    Mengukur adalah membandingkan suatu besaran yang akan diukur dengan suatu besaran pembanding sebagai standar yang telah ditera.
2.    Alat ukur langsung yang digunakan pada praktik motor bakar antara lain, jangka sorong (tingkat ketelitian 0.02 mm), mkrometer sekrup (mikrometer luar, tingkat ketelitian 0.01 mm), hidrometer, avometer(multimeter), mistar, dan kompresi tester.
3.    Alat ukur tidak langsng yang digunakan diantaranya feeler gauge, dial indicator, dan cylinder bore gauge.

SARAN

Pelaksanaan praktik motor bakar dengan meteri mengenai alat ukur otomotif sudah baik, dilihat dari segi kualitas alat ukur sudah cukup baik. Alat ukur mampu dengan mudah terbaca, namun dari segi kuantitas (jumlah alat ukur) masih terbatas (belum memadai). Hal ini mungkin dapat menyebabkan pembelajaran praktik kurang efektif dan kurang efisien, karena jumlah alat ukur tidak sebanding dengan jumlah mahasiswa yang praktik.










DAFTAR PUSTAKA

Ghafarudin. 2012. Pengertian dan Fungsi Multimeter. Diakses dari   http://ghafarudin.wordpress.com/2012/08/18/pengertian-dan-fungsi-mulitimeter.     Diakses tanggal 15 Maret 2015 jam 16.00
http://kelasteknik.blogspot.com/2011/01/alat-ukur-teknik-feeler-gauge-kunci.html
Suratmin Umar. 2007. Pengukuran Teknik. Surakarta: LPP UNS dan UNS Press
    

0 komentar:

Posting Komentar