LAPORAN
PRAKTIK
MOTOR BAKAR
(
IDENTIFIKASI ALAT UKUR OTOMOTIF )
Disusun guna memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Praktik Motor Bakar
Dosen pembimbing : Dr. Eng. Nugroho
Agung P, M.Eng.
Disusun oleh :
STEPHANUS
FAJAR PAMUNGKAS
K2513063
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN TEKNIK MESIN
JURUSAN
PENDIDIKAN TEKNIK DAN KEJURUAN
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
SEBELAS MARET
SURAKARTA
2015
A. Judul Praktikum
Identifikasi Alat Ukur Otomotif
B. Tujuan Praktikum
Tujuan dilakukannya identifikasi
alat ukur otomotif pada praktik motor bakar adalah
1.
Mahasiswa mampu mengetahui bentuk serta
bagian-bagian dari alat-alat ukur yang digunakan saat praktik.
2.
Mahasiswa mampu mengetahui cara kerja
dan fungsi dari alat ukur otomotif.
3.
Mahasiswa mampu mengetahui cara
mengkalibrasi dan cara pembacaan setiap alat ukur yang digunakan.
4.
Mahasiswa mampu menggunakan alat ukur
sesuai fumgsinya.
C. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang diperlukan saat
praktik antara lain:
1.
Jangka sorong (kaliper)
2.
Mikrometer sekrup
3. Dial indicator
4. Cylinder bore gauge
5. Feeler gauge
6.
Multimeter (multitester/avometer)
7.
Hidrometer
8.
Mistar
9.
Kompresi tester
D. Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja yang digunakan
saat praktik antara lain:
1.
Pakaian kerja (wearpack)
2.
Safety
shoes (sepatu keamanan)
E. Landasan Teori
Mengukur
adalah membandingkan suatu besaran yang akan diukur dengan suatu besaran
pembanding sebagai standar yang telah tertera. Ada beberapa macam alat ukur
yang digunakan saat praktik motor bakar, yakni:
1.
Alat
Ukur Langsung
yaitu mengukur suatu benda yang
langsung dapat mengetahui harganya secara nyata (langsung terbaca).
a. Jangka sorong (kaliper)
Suatu alat ukur
panjang yang berfungsi untuk mengukur panjang, lebar, tebal, diameter luar,
diameter dalam, ukuran celah, dan kedalaman suatu poros (benda) dengan
ketelitian 0.02 mm atau 0.05 mm.
Gambar
1.1 Jangka Sorong
Keterangan gambar:
Tebal benda A = Lebar
lubang benda B = Kedalaman lubang C
1. Rahang
atas melekat pada batang mistar
2. Rahang
atas melekat pada peluncur
3. Baut
pengunci peluncur
4. Peluncur
5. Tusuk
melekat pada peluncur
6. Skala
utama
7. Batang
mistar
8. Pegas
pendorong peluncur
9. Skala
nonius
10. Rahang
bawah melekat pada peluncur
11. Rahang
bawah melekat pada batang mistar
Sebelum alat
ukur jangka sorong digunakan sebaiknya dikalibrasi terlebih dahulu supaya
mendapatkan hasil pengukuran yang akurat. Secara sederhana, cara mengkalibrasinya
adalah sebagai berikut:
1. Posisikan
garis batas ukur segaris lurus (berhimpit) dengan garis nol pada skala utama.
2. Apabila
tidak segaris atau tidak berimpit, taruhlah kertas tipis pada rahang jangka
sorong, geser rahang hingga menjepit kertas, kemudan tarik kertas secara
perlahan hingga terlepas. Hal ini dapat berfungsi untuk membersihkan rahang
jangka sorong.
3. Posisikan
kembali garis batas berhmpit dengan garis nol skala utama.
Cara pembacaan hasil ukuran yang ditunjukkan oleh
jangka sorong dengan ketelitian 0.02 mm adalah
1. Kalibrasi
jangka sorong, pastikan skala menunjukkan angka nol.
2. Bersihkan
permukaan benda kerja yang akan diukur.
3. Usahakan
posisi pengukuran yang tepat agar hasil pengukuran akurat.
4. Baca
ukuran yang ditunjukkan pada skala utama (misal 60 mm).
5. Lihat
skala nonius, temukan strip skala nonius yang berhimpit dengan strip pada skala
utama.
6. Lihat
strip yang berhimpit tersebut menunjukkan angka berapa pada skala nonius, misal
berhimpit pada strip/garis ke 10.
7. Kalikan
10 pada skla nonius tersebut dengan tingkat ketelitian alat ukur 0.02 mm, maka
0.02 x 10 = 0.2 mm.
8. Maka
diperoleh hasil pengukuran 60 + 0.2 = 60.2 mm.
b.
Mistar
Mistar atau
mistar baja adalah alat ukur yang mempunyai ukuran panjang 30 cm atau 50 cm.
Pada alat ukur panjang ini terdapat dua macam skala, biasanya yaitu skala
sentimeter dan skala inchi. Untuk skala sentimeter mempunyai derajat ketelitian
(skala paling kecil satu milimeter atau sebagian dibuat dengan ketelitian
sampai setengah milimeter). Sedangkan pada skala inchi, derajat ketelitiannya
sampai 1/16” (inchi).
Mistar disini
sebenarnya digunakan untuk mengukur panjang suatu benda, namun dalam praktik
bisa juga digunakan untuk mengukur/mengetahui kerataan permukaan suatu benda
(permukaan blok silinder).
Gambar
1.2 Mistar Baja
Cara penggunaan
mistar baja yaitu letakkan mistar pada benda yang akan diukur, lihat ukuran
yang ditunjukkan pada mistar. Untuk penggunaan mistar sebagai alat pengukur
kerataan permukaan adalah letakkan mistar baja diatas benda kerja, geser mistar
untuk mengetahui kerataan dengan melihat celah secara langsung (visual) dengan
bantuan feeler gauge.
c.
Mikrometer
Sekrup
Mikrometer
sekrup adalah alat ukur presisi yang dapat digunakan untuk mengukur benda kerja
pada jarak ukur tertentu yakni 0-25 mm, 25-50 mm, 50-75 mm dengan tingkat
ketelitian 0.01 mm. Adapun konstruksi mikrometer luar yaitu:
Gambar
1.3 Mikrometer sekrup (Outside Mikro)
Keterangan
gambar:
1.
Frame
(rangka)
2. Landasan
ukur (anvil)
3. Batang
ukur (spindle)
4.
Pengunci (lock clamp)
5.
Lubang kunci penyetel kalibrasi
6.
Silinder skala (outer sleeve)
7. Roda
gigi gelincir (ratchet)
8. Silinder
putar (thimble)
9.
Mur spindle (inner sleeve/spindle screw nut)
Cara kerja mikrometer:
Pada sengkang
dipasang landasan ukur tetap. Selubung mantel (thimble) bila diputar tabung ulirnya akan menggerakkan batang ukur
untuk menuju atau untuk meninggalkan landasan ukur (putaran kanan batang ukur
meninggalkan dan putaran kiri batang ukur akan menuju landasan ukur). Gerakan
maju/mundur batang ukur setiap satu putaran thimble tergantung dari panjang
kisar ulir pada batang ukur (sisi dalam) dan selubung mantelnya (thimble).
Adapun cara mengkalibrasi
mikrometer:
1. Bersihkan
permukaan benda kerja yang akan diukur dan juga permukaan dari landasan ukur (anvil) maupun batang ukur (spindle).
2. Pastikan
posisi nol dari skala utama berhimpit dengan angka nol pada skala nonius
(posisi nol skala melingkar pada ujung selubung mantel, pada saat pembacaan nol
spindle melekat pada anvil). Bila posisi nol tidak benar
lakukan penyetelan dengan menggunakan kunci penyetel.
3. Membaca
Hasil Pengukuran
Sebelum membaca hasil pengukuran,
lebih dahulu kita pahami skala pada mikrometer. Pada derajat ketelitian 0.01 mm
skala mendatar pada silinder paling kecil berharga 0.5 mm sedang skala
melingkar tanpa satuan (hanya disebut bagian skala) jumlahnya 50 bagian skala.
Untuk satu kali putaran thimble maka batang ukur akan bergerak sejauh 0.5 mm.
Jadi bila membaca harga pengukuran genap dalam mm dan membaca harga tengahan mm
maka skala nol dari selubung mantel mesti tepat pada garis referensi. Misalkan
:
Gambar 1.4 Contoh pembacaan ukuran
Hasil
pengukuran:
- Skala
utama = 4 mm
- Skala
nonius = ( 0.5 x 23/50) = 0.23 mm,
Maka, 4 + 0.23 = 4.23 mm
d.
Multimeter
(avometer/multitester)
Avometer adalah
suatu alat yang berfungsi untuk mengukur tegangan listrik (voltase) baik arus
AC maupun DC, mengukur arus listrik (ampere), dan hambatan listrik (ohm) dalam
satu unit.
Gambar 1.5 Multimeter (Avometer)
Adapun
bagian-bagian dari avometer :
1. Scale
(skala)
2. Mirror
(cermin)
3. Pointer
(jarum meter)
4. Zero correction
(pengenolan jarum), untuk mengenolkan jarum pada posisi kiri dalam mengukur
arus dan tegangan.
5. Ohm adjust,
untuk mengenolkan jarum saat melakukan pengukuran hambatan.
6. Range selector,
untuk memilih range/batasan arus, tegangan, maupun hambatan yang diukur.
7. Measuring
terminal (kutub +)
8. Measuring terminal
(kutub -)
Sebelum menggunakan multimeter, harus dikalibrasi
terlebih dahulu dengan cara :
1.
Atur selector
ke range hambatan (ohm)
2.
Sentuhkan kedua terminal (+) dan negatif
(-) maka jarum akan bergerak dari kiri ke kanan.
3.
Atur jarum ke posisi nol (kanan) dengan
mengatur ohm adjust sampai ke posisi
nol.
4.
Lepaskan kedua kabel terminal, maka
jarum akan kembali ke kiri.
5.
Pastikan bahwa jarum menunjukkan angka
nol, jika belum nol maka atur zero
correction (pengenolan jarum).
6.
Akhirnya avometer sudah terkalibrasi.
Cara pembacaan ukuran pada multimeter juga
berbeda-beda, untuk hambatan yakni
(skala
tertunjuk) x (angka yang tertunjuk pada selector).
Untuk
voltase dan arus listrik, yakni
e.
Hidrometer
Gambar
1.6 Hidrometer
Alat yang
digunakan untuk mengukur berat jenis (atau kepadatan relatif) dari cairan yaitu
rasio kepadatan cairan dengan densitas air. Pada prinsipnya pengoperasian
hidrometer didasarkan pada prinsip Archimedes bahwa tersuspensi pada fluida
akan didukung oleh kekuatan sama dengan berat fluida yang dipndahkan, maka semakin
rendah kerapatan zat tersebut, lebih jauh hidrometer akan tenggelam.
1. Warna
hijau à kondisi air
elektrolit sangat baik (1275-1300 m3/kg)
2. Warna
putih à kondisi air aki
baik (1225-1250 m3/kg)
3. Warna
merah Ã
kondisi air aki perlu pengisian (1100-1200 m3/kg)
f.
Kompresi
tester
Alat yang
digunakan untuk mengetahui besar tekanan kompresi yang terjadi dalam engine setiap silinder. Satuan pada alat
ini adalah bar. Pada motor bakar bensin berkisar 9-11 bar, sedangkan pada motor
diesel berkisar >12 bar.
Gambar
1.7 Kompresi tester
Keterangan
gambar:
1.
Jarum penunjuk
2.
Penunjuk angka
3.
Saluran masuk (sok drat luar,
disambungkan dengan busi)
4.
Selang
5.
Katup pembuka
2.
Alat
Ukur Tidak Langsung
Adalah alat ukur
benda yang belum dapat secara langsung mengetahui harganya, untuk dapat
mengetahui harganya masih harus melakukan tindakan selanjutnya sampa mengetahui
harga pengukurannya.
a.
Feeler gauge
Feeler
gauge berfungsi untuk mengukur celah diantara dua bagian.
Feeler gauge atau thickness gauge karena memang bentuknya
seperti bilah tipis dalam ukuran yang bermacam-macam, mulai dari 0.05 sampai 1
mm.
Feeler
gauge digunakan untuk mengukur celah yang sulit dijangkau
oleh alat ukur lainnya, misal celah katup, celah bantalan, celah samping ring piston.
Gambar
1.8 Feeler Gauge
Cara kerjanya adalah pengukuran dilakukan dengan
memasukkan salah satu kaliper yang sesuai dengan celah yang diukur. Jangan coba
memaksakan kaliper yang tidak sesuai/terlalu sesak karena bisa menyebabkan
kaliper bengkok. Ketelitian pengukuran dapat diperoleh dengan menggabungkan
beberapa kaliper, sehingga ukuran celah adalah jumlah dari ukuran kaliper yang
dapat masuk dengan pas.
Apabila sudah
didapatkan ukuran yang pas lihat ukuran yang tertera pada feeler tersebut.
b. Dial
indicator
Merupakan alat
ukur pembanding yang digunakan untuk mengontrol benda kerja pada saat
melaksanakan pengukuran tidak langsung atau digunakan untuk memeriksa
penyimpangan yang sangat kecil dari permukaan bidang datar, permukaan bidang
silinder, bulat serta untuk mengukur kesejajaran benda kerja.
Proses kerja alat ini adalah secara mekanis dengan
perantara roda gigi dan batang ukur (spindle).
Batang ukur (spindle) dapat bergerak
naik/turun didalam batang bus (stem)
bila ujungnya menumbuk permukaan benda kerja. Naik turunnya batang ukur dapat
menyebabkan jarum penunjuk berputar. Banyak putaran jarum penunjuk akan dicatat
oleh jarum kecil yang biasa disebut penghitung putaran. Untuk tingkat
ketelitian dial indicator adalah 0.01
mm. Satu putaran penuh jarum jam penunjuknya, batang ukur akan bergerak sejauh
1 mm.
Gambar
1.9 Dial Indicator
Keterangan gambar:
1. Dasar
magnet
2. Tuas
penyetel (bezel)
3. Batang
penyangga
4. Skala
5.
Stem
6.
Spindle
7. Jarum
penunjuk
8.
Body
9.
Outer
ring
10. Penghitung
putaran
11. Range
pengukur
Sebelum menggunakan perlu memeriksa kedudukan jarum
penunjuknya. Pada saat pembacaan nol (batang ukur belum terangkat) jarum
penunjuk harus pada skala nol, bila tidak dapat diatur dengan cara mengendurkan
baut pengunci pada tepi luar jam lalu diputar permukaan jamnya hingga jarum
tepat pada skala nol kemudian kencangkan kembali baut penguncinya.
c. Cylinder
Bore Gauge
Adalah alat ukur yang dilengkapi dengan dial gauge dan digunakan untuk mengukur
diameter silinder dan komponen lain secara teliti. Ketelitiannya mencapai 0.01
mm. Alat ini menggunakan jam ukur untuk mengetahui harga penyimpangan dari
ukuran dalam suatu silinder.
Daerah pengukurannya antara ujung replacement rod (batang penahan yang
dapat diganti) sampai ujung measuring
point (ujung pengukur). Ujung pengukur dapat bergerak keluar masuk sewaktu
digunakan. Gerakan ujung pengukur dapat menggerakkan jarum penunjuk pada jam
ukurnya. Daerah ukur dari alat ini dapat diubah untuk disesuaikan dengan
diameter silinder yang diukur dengan cara mengganti replacement rod dan replacement
washer.
Gambar
1.10 Cylinder Bore Gauge
Keterangan
gambar:
1. Dial gauge
: mengetahui hasil ukuran.
2. Dial gauge securing position :
mengatur posisi dial gauge.
3. Grip
: memegang dan mengangkat dial.
4. Replacement washer
: menambah kepanjangan rod.
5. Replacement rod
: menambah panjang bidang sentuh silinder.
6.
Replacement
rod securing thread
7. Measuring point
: titik point pengukuran.
Petunjuk
dalam penggunaan cylinder gauge:
1. Dial
harus dipasang pada tangkai pemegangnya tegak lurus dengan ujung pengukurnya.
2. Periksa
jarum penujuk pada dial dapat
bergerak bebas saat measuring point
ditekan.
3. Pilih
replacement rod dan replacement washer yang ukurannya sesuai
dengan diameter benda yang akan diukur.
Cara
memilih replacement rod dan replacement washer:
1. Ukurlah
diameter silinder dengan jangka sorong.
2. Amatilah
hasil pengukuran, angkanya dibelakang koma apakah lebih besar atau lebih kecil
dari 0.5 mm. Misalkan hasil pengukuran jangka sorong = 52.30 mm, maka replacement rod = 50 mm dan replacement washernya = 2 mm.
Metode pengukurannya:
1. Setel
mikrometer pada daerah ukur (jarak landasan dan batang ukur) misalkan 53 mm.
Tempatkan daerah ukur cylinder gauge
(ujung replacement rod sampai ujung measuring point) pada mikrometer tadi
dengan hati-hati agar daerah ukurnya cylinder
gauge tepat 53 mm, kemudian jarum jam disetel menunjuk skala nol.
2. Masukkan
cylinder gauge untuk mengukur, ke
dalam silinder pada posisi diagonal, gerakkan sampai memperoleh hasil pembacaan
yang terkecil. Misalnya hasil pembacaan adalah 0.04 mm, maka diameter silinder
53 – 0.04 = 52.96 mm.
HASIL PENGUKURAN
A. Pengukuran Kerataan Permukaan
Silinder
Alat yang digunakan untuk pengukuran kerataan ini
adalah mistar baja dan feeler gauge.
Adapun caranya :
1.
Letakkan blok silinder (yang akan
diukur) ditempat yang rata.
2.
Letakkan mistar baja di permukaan benda
secara diagonal 1, diagonal 2, horizontal atas dan bawah.
3.
Masukkan feeler yang pas (sesuai) dengan celah antara permukaan blok
silinder dengan mistar baja.
Hasil
pengukuran:
Mistar
|
Letak
|
Lebar celah
|
A
|
Horizontal atas
|
0.1
mm
|
B
|
Horizontal Bawah
|
0.1
mm
|
C
|
Diagonal 1
|
0.05
mm
|
D
|
Diagonal 2
|
0
mm
|
B. Pengukuran Kesejajaran Diameter Chamshaft
Pengukuran
diameter dan kesejajaran menggunakan alat ukur mikrometer dan dial indicator. Pengukuran dilakukan
pada 6 diameter chamshaft.
Langkah
pengukuran :
1.
Letakkan chamshaft pada stand (V-block).
2.
Ukur masing-masing diameter chamshaft dengan mikrometer (6
diameter).
3.
Setelah hasil pengukuran diperoleh,
Letakkan dial gauge pada meja rata
untuk dikunci (hidupkan magnet).
4.
Letakkan ujung dial pada diameter yang akan diukur.
5.
Atur dan kencangkan tuas sehingga dial indicator dapat digunakan.
6.
Atur posisi nol pada jarum dial indicator.
7.
Putar chamshaft secara perlahan dan lihat hasil nilainya dengan melihat
simpangan yang terjadi.
8.
Lakukan hal yang sama untuk 6 diameter
lainnya.
Hasil
pengukuran diameter poros:
Poros
Chamshaft
|
Diameter
(Ø)
|
Poros 1
|
45 mm
|
Poros 2
|
44.7 mm
|
Poros 3
|
44.5 mm
|
Poros 4
|
44.3 mm
|
Poros 5
|
44.1 mm
|
Poros 6
|
44.1 mm
|
Hasil pengukuran kesejajaran
diameter:
Poros
Chamshaft
|
Tonjolan
(+)
|
Lengkungan
(-)
|
Poros Ø 1
|
0.03 mm
|
0.01 mm
|
Poros Ø 2
|
0.01 mm
|
0.05 mm
|
Poros Ø 3
|
0.16 mm
|
0.02 mm
|
Poros Ø 4
|
0.3 mm
|
0.01 mm
|
Poros Ø 5
|
0.46 mm
|
0 mm
|
Poros Ø 6
|
0.54 mm
|
0.02 mm
|
C. Mengukur Berat Jenis Air Aki
Alat
yang digunakan adalah hidrometer, cara pengukurannya adalah :
1. Buka
tutup sel pada aki, kemudian masukkan saluran masuk air aki (selang) kedalam
lubang sel aki.
2. Tekan
pipet agar air aki naik dan masuk ke dalam hidrometer hingga penuh.
3. Amati
angka berat jenis yang ditunjukkan pada alat ukur disetiap ssel.
Hasil
pengukuran berat jenis:
No.
|
Sel
|
Warna
|
Keterangan
|
1.
|
Sel 1 = 1280
/kg
|
Hijau
|
Baik
|
2.
|
Sel 2 = 1285
/kg
|
Hijau
|
Baik
|
3.
|
Sel 3 = 1280
/kg
|
Hijau
|
Baik
|
4.
|
Sel 4 = 1300
/kg
|
Hijau
|
Baik
|
5
|
Sel 5 = 1300
/kg
|
Hijau
|
Baik
|
6.
|
Sel 6 = 1295
/kg
|
Hijau
|
Baik
|
D. Pengukuran Voltase Baterai
Langka kerja :
1. Kalibrasi/setting
jarum avometer pada posisi nol.
2. Ubah
selector ke nilai DC 25 Volt.
3. Letakkan
probe kutub positif ke kutub positif
baterai dan letakkan probe kutub
negatif multimeter ke kutub negatif baterai.
4. Amati
arah pergerakan jarum.
5. Catat
dan tulis hasil pengukuran.
Hasil
pengukuran:
Batterai (aki) = 13 Volt, berarti
bahwa baterai masih dalam keadaan baik.
E. Pengukuran Diameter Dalam Silinder
Pada
pengukuran ini digunakan alat ukur jangka sorong, mikrometer sekrup dan cylinder bore gauge.
Cara pengukuran :
1. Ukur
diameter dalam silinder dengan menggunakan jangka sorong dan diperoleh
nilai/angka 74,70 mm.
2. Tetapkan
nilai bore gauge dibulatkan menjadi
75mm.
3. Ukur
dial bore gauge dengan mikrometer
sebesar 75 mm.
4. Posisikan
nol pada cylinder bore gauge (jarum
penunjuk).
5. Masukkan
cylinder bore gauge ke dalam silinder
untuk mengukur besar diameter dengan cara menggerakkan cylinder bore gauge kekanan dan kekiri. Apabila jarum bergerak
kekanan maka hasil pengukurannya adalah nilai patokan + nilai dial, sedangkan apabila jarum bergerak
kekiri maka hasilnya nilai patokan dikurangi nilai dial.
Hasil pengukuran (dengan nilai
patokan awal = 75mm) :
Letak/silinder
|
Silinder 1
|
Silinder 2
|
Silinder 3
|
Silinder 4
|
Atas
|
-0.03
|
-0.03
|
-0.04
|
-0.03
|
Tengah
|
-0.04
|
-0.03
|
-0.04
|
-0.05
|
Bawah
|
-0.05
|
-0.03
|
-0.04
|
-0.04
|
*Satuan dalam mm.
F.
Pengukuran
Hambatan Kabel Busi
Pengukuran
hambatan pada kabel tegangan tinggi (kabel busi) menggunakan multimeter/avometer.
Cara melakukan pengukuran adalah dengan mengatur selector multimeter ke bagian
hambatan (ohm) dan hubungkan kabel terminal positif (+) dan negatif (-) pada
kedua ujung kabel busi. Namun pada saat praktik dilakukan, mungkin terjadi
kesalahan/kerusakan pada multimeter atau kabel businya sehingga jarum tidak
dapat menunjuk angka yang tertera pada skala, karena jarum menunjukkan/berhenti
lebih dari angka maksimal skala. Maka kami tidak dapat mendapatkan hasil
pengukuran hambatan kabel busi.
G. Pengukuran Tekanan Kompresi
Pengukuran tekanan kompresi menggunakan alat ukur
yang bernama kompresi tester, dibantu
dengan engine stand. Cara melakukan
pengukuran tekanan kompresi adalah sebagai berikut:
1. Siapkan
engine stand dan kompresi tester.
2. Lepas
busi dengan menggunakan kunci busi.
3. Pasang
kompresi tester pada lubang tempat
busi terpasang tadi.
4. Hidupkan
mesin (engine) hingga jarum penunjuk
kompresi tester menunjukkan angka
paling besar.
5. Catat
hasil pengukuran, kemudian lepas kompresi tester
dan nol kan kembali skalanya.
6. Ukur
dengan cara yang sama untuk setiap lubang busi.
7. Catat
hasil pengukuran tekanan kompresi.
Hasil
pengukuran:
Silinder
|
Tekanan
kompresi
|
Silinder 1
|
11 bar
|
Silinder 2
|
10 bar
|
Silinder 3
|
9.5 bar
|
Silinder 4
|
9 bar
|
KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum
identifikasi alat ukur otomotif dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1. Mengukur
adalah membandingkan suatu besaran yang akan diukur dengan suatu besaran
pembanding sebagai standar yang telah ditera.
2. Alat
ukur langsung yang digunakan pada praktik motor bakar antara lain, jangka
sorong (tingkat ketelitian 0.02 mm), mkrometer sekrup (mikrometer luar, tingkat
ketelitian 0.01 mm), hidrometer, avometer(multimeter), mistar, dan kompresi tester.
3.
Alat ukur tidak langsng yang
digunakan diantaranya feeler gauge, dial
indicator, dan cylinder bore gauge.
SARAN
Pelaksanaan praktik
motor bakar dengan meteri mengenai alat ukur otomotif sudah baik, dilihat dari
segi kualitas alat ukur sudah cukup baik. Alat ukur mampu dengan mudah terbaca,
namun dari segi kuantitas (jumlah alat ukur) masih terbatas (belum memadai). Hal
ini mungkin dapat menyebabkan pembelajaran praktik kurang efektif dan kurang
efisien, karena jumlah alat ukur tidak sebanding dengan jumlah mahasiswa yang
praktik.
DAFTAR
PUSTAKA
Ghafarudin. 2012. Pengertian dan Fungsi Multimeter. Diakses dari http://ghafarudin.wordpress.com/2012/08/18/pengertian-dan-fungsi-mulitimeter.
Diakses tanggal 15 Maret 2015 jam
16.00
http://kelasteknik.blogspot.com/2011/01/alat-ukur-teknik-feeler-gauge-kunci.html
Suratmin Umar. 2007. Pengukuran Teknik. Surakarta: LPP UNS
dan UNS Press
0 komentar:
Posting Komentar